Sastra Suluk Jawa Pesisiran: Membaca Lokalitas dalam Keindonesiaan

Authors

  • Toha Machsum Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur

DOI:

https://doi.org/10.62107/mab.v3i2.118

Keywords:

resistensi perempuan, eksistensi, terkekang

Abstract

Sastra Suluk sebagai salah satu jenis karya sastra Jawa pesisiran mengandung ajaran kerohanian tasawuf atau bernuansa tasawuf yang berupa petunjuk tentang keyakinan, sikap, tata cara yang dilakukan seseorang untuk mengenal hidup kesejatian di hadapan Sang Maha Pencipta atau untuk mencapai posisi sedekat-dekatnya dengan Tuhan. Secara umum studi sastra suluk diarahkan untuk mengangkat salah satu warna kebudayaan kerohanian bangsa. Pengangkatan nilai-nilai budaya lama lewat studi karya sastra suluk akan memberikan manfaat bagi masyarakat dalam rangka memepertahankan jati diri ketimuran. Dikatakan demikian, karena pada saat ini peradaban global yang sudah tidak lagi kenal batas-batas ruang waktu, tidak hanya menyajikan unsur-unsur positif bagi pemikiran dan kemajuan umat, tetapi juga menawarkan filsafat materialisme dan skularisme yang sangat membahayakan bagi kehidupan ketimuran yang menjunjung nilai-nilai agama dan filsafat ketuhanan. Globalisasi dalam hal ini tidak menawarkan kebudayaan, tetapi menawarkan sebuah peradaban. Lebih lanjut, pemahaman dan pengenalan terhadap nilai-nilai budaya masa lampau yang terdapat dalam naskah suluk bukan saja merupakan modal utama bagi pembangunan nasional yang diamanatkan oleh GBHN, melainkan juga memberikan informasi mengenai berbagai aspek kehidupan masyarakat masa lampau, seperti sosial, politik, ekonomi, dan budaya.Corak keberagaman Islam tersebut lebih jauh akan memberikan inspirasi dan sekaligus menggerakkan kehidupan kebangsaan Indonesia. Dengan kata lain corak keberagamaan Islam tersebut mewarnai konsep berpikir masyarakat Indonesia.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Abdullah, M. Amin. (2000). Dinamika Islam Kultural: Pemetaan Atas Wacana Keislaman Kontemporer. Bandung: Mizan.

Al-Taftazani, Abu al- Wafa’ al-Ghanimi. (1997). Sufi dari Zaman ke Zaman. Bandung: Penerbit Pustaka.

Azra, Azyumardi. (1994). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII: Melacak Akar-akar Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia. Bandung: Mizan.

Baried, Siti Baroroh dkk. (1985). Pengantar Teori Filologi. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Yogyakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Munawwir, Ahmad Warson. (1997). Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif.

Murtadho, M. (2002). Islam Jawa: Keluar dari Kemelut Santri vs Abangan. Yogyakarta: Laperra.

Purnnama, Bambang dkk. (2002). Kesastraan Jawa Pesisiran: Sebagai Refleksi Sastra Nusantara di Jatim. Sidoarjo: Departen Pendidikan. Balai Bahasa Surabaya.

Sedyawati, Edi dkk. (2001). Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum. Jakarta: Balai Pustaka.

Simuh. (1999). Sufisme Jawa: Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa. Yogyakarta: Jaya Benteng Budaya.

Tohari, Ahmad dkk. (1998). Sastra dan Budaya Islam Nusantara: Dialektika Antarsisitem Nilai. Yogyakarta: SMF Adab IAIN Sunan Kalijaga.

W.M, Abdul Hadi dkk. (2003). Adab dan Adat: Refleksi Sastra Nusantara. Jakarta: Pusat Bahasa. Departemen Pendidikan Nasional.

Zulkifli. (2003). Sufi Jawa: Relasi Tasawuf-Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Sufi.

Published

2019-01-03

How to Cite

Machsum, T. (2019). Sastra Suluk Jawa Pesisiran: Membaca Lokalitas dalam Keindonesiaan. MABASAN , 3(2), 125-135. https://doi.org/10.62107/mab.v3i2.118

Issue

Section

Articles
Abstract viewed = 1982 times