Konsep Pepung dalam Keluarga Bilingual (Studi Kasus Kawin Campur Jawa—Lampung)

Authors

  • Tri Wahyuni Balai Bahasa Jawa Tengah Jalan Elang Raya 1, Mangunharjo, Tembalang Semarang, Jawa Tengah

DOI:

https://doi.org/10.62107/mab.v14i1.328

Abstract

Kontak bahasa  tidak akan terhindarkan dari sebuah peradaban yang terus berkembang. Mobilitas manusia sangat mempengaruhi adanya kontak bahasa. Salah satu penyebab terjadinya kontak bahasa adalah terjadinya kawin campur. Artikel ini membahas konsep pepung dalam lingkup keluarga dwibahasa yang menggunakan objek kajian perkawinan etnis Jawa dan Lampung. Tujuannya ialah mengetahui konsep pepung dalam persepsi anak-anak hasil kawin campur dan menggambarkan kebertahanan masing-masing budaya dalam penanaman konsep pepung tersebut. Penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik elisitasi, simak, libat, dan catat. Setelah dianalisis ditemukan hasil penelitian bahwa konsep pepung dipahami dengan baik oleh anak-anak hasil kawin campur Jawa-Lampung meski pada tataran umum. Selain itu, kebertahanan dua bahasa dalam keluarga dwibahasa tetap baik meski ada gejala bilingual dominan.  

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biography

Tri Wahyuni, Balai Bahasa Jawa Tengah Jalan Elang Raya 1, Mangunharjo, Tembalang Semarang, Jawa Tengah

Balai Bahasa Jawa TengahJalan Elang Raya 1, Mangunharjo, TembalangSemarang, Jawa Tengah

References

Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud, (2016), KBBI Daring versi 3.0.0.0-20200508174554. Diakses pada 3 Desember 2019 pukul 09.20, dari https://kbbi.kemdikbud.go.id

Dunianya Sosiolinguistik, (2013, 08 Juni), William Labov, Penelitian tentang Kelas Sosial Pengguna Bahasa

Oleh Endah Ratna. Diakses pada 8 Januari 2020, dari (https://dunianyasosiolinguistik.wordpress.com/2013/06/08/william-labov-penelitian-tentang-kelas-sosial-pengguna-bahasa/

Gusnawaty, Fitriwahyudi, dan Tadjuddin Maknun (tanpa tahun). “Sikap Bahasa Keluarga Kawin Campur antar Etnik di Kabupaten Maros: Pendekatan Sosiolinguistik”. Artikel ilmiah diakses darihttps://core.ac.uk/download/pdf/89562818.pdf (repository.unhas.ac.id)

Holmes, Janet. (2001) Learning about Language: An Introduction to Sociolinguistics. England: Pearson Education Limited.

Kupper, A. dan Jessica, K. (2000) Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial. Diterjemahkana oleh H. Munandar, et al. Cetakan I. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Merlyna YP, Putu Dewi. (2016).” Pemerolehan Bahasa Anak Pasangan Cross-Marriage Jepang-Indonesia (Studi Kasus di Daerah Sanur). Prasi 11/2: 55--59.

Pateda, Mansur. (1987). Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.

Roveneldo. (2019). “Gaya Bahasa Repetisi Lagu Klasik Lampung Dialek O dalam Kajian Linguistik Antropologis”. Dipublikasikan pada jurnal Mabasan 13/2: 137--150.

Sudaryanto. (1996). Linguistik: Identitasnya, Cara Penanganan Objeknya, dan Hasil Kajiannya. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sudirman AM, M. Ramlan, Harimurti Kridalaksana, Inyo Yos Fernandez. (2005). “Hubungan Kekerabatan Bahasa Melayu dan Bahasa Lampung. Humaniora 7/1:45--54.

Suhardi, Basuki. (2009). Pedoman Penelitian Sosiolinguistik. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

Sunarti, Iing dan Puspita Safitri. (2019). “Fungsi-Fungsi Sapaan Bahasa Lampung Dialek Komering”. J-Simbol (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya), 7/2: 1--7.

Terminology Coordination, (2014, 09 Januari), Famili language planing and active bilingualism. Diakses pada 21 Mei 2020, dari https://termcoord.eu/2014/01/family-language-planning-and-active-bilingualism/

Wahyuni, Tri dkk. (2010). Kamus Dwibahasa Lampung Indonesia. Bandarlampung: Kantor Bahasa Provinsi Lampung.

Published

2020-06-30

How to Cite

Wahyuni, T. (2020). Konsep Pepung dalam Keluarga Bilingual (Studi Kasus Kawin Campur Jawa—Lampung). MABASAN , 14(1), 77-88. https://doi.org/10.62107/mab.v14i1.328

Issue

Section

Articles
Abstract viewed = 614 times